Ketika aku berdiri di gerbang pagi
sendiri mendekap gigil angin
Mengeja aroma rindu di rimba sunyi
Aku tak lagi mengusap embun yang jatuh di pelupuk matamu
Dulu, kala bunga bunga bersemi di taman
Dalam pusaran waktu , ku semai benih baru
Dari bunga melati yang ku tanam tunas nya kemarin
Di sepanjang taman kota ini, mulai tumbuh bersemi
rembulanpun jatuh ke pangkuan
Dan di kota ini juga, tunas itu tumbuh dan bermekaran
Sembari membaca sunyi
Ku kubur sajak hitam di masa lalu,
Telah ku pasang nisan, Bertuliskan namamu
di kubur hutan rimba, dipusara sunyi
lalu ku taburi bunga kemboja dan rampai puisi
selamat tinggal mawar ...kembalilah ke alam mu
menanak sepi sendiri ...
Bulan yang semula pucat pasi ,hilang ditelan ufuk fajar
Ku tahan jua deru gigil angin yang melesat di pori pori dan urat nadi
Aku berjalan sendiri, membaca sunyi
ku lihat lampu jalanan redup di selimuti embun
Sepanjang jalan ku kutip puisi yang menempel di daun embun
Sambil menunggu fajar menyinsing menyonsong pagi
--------------------
Pekanbaru, 20 September 2010
Syahrial Mandiliang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar