Rabu, 06 Oktober 2010

PUSAKA SABDA LANGIT


I. PUKULAN GUGUR BUNGA

Bocah laki-laki itu terperangah, tak disangka nya gerakan sederhana yang tampak asal-asalan tersebut bisa berakibat luar biasa, daun-daun berguguran, debu beterbangan, bahkan sebongkah batu seukuran kambing dewasa yang berjarak sepuluh langkah didepan nya pecah terbelah.

“Itulah akibat dari pukulan GUGUR BUNGA,” terdengar sebuah suara dari seorang laki-laki setengah baya. Hasil dari pukulan itu memang membuat sang bocah terpana, tapi yang membuat nya lebih terperangah adalah laki-laki, yang tidak lain ayah kandung nya tersebut, tidak bergeming sedikitpun, padahal sang ayah jelas duduk di atas batu besar yang pecah tadi.



“Ulangi sekali lagi”, perintah sang ayah. “Tapi kali ini fokuskan sasaran mu pada pohon ini”, tunjuk laki-laki tersebut pada sebatang pohon besar di sebelah kanan nya. “Tapi dengan syarat, tidak boleh ada sebutir debu pun yang terlontar, tidak boleh ada ranting yang patah, bahkan bergoyang pun jangan. Fokuskan pada batang pohon, dan…seluruh daun pohon ini harus runtuh, tanpa sisa.”

Si Bocah melongo. “ayah ngawur”, hatinya membatin. “mana mungkin bisa seperti itu”, pikir nya.

“Heeiii…! kenapa melamun? cepat lakukan..!”

“baik ayah”, sahut nya. Dalam hati dia berkata, “ah bodo amat, yang penting aku lakukan, berhasil atau tidak ya ga masalah, lagian ayah nyuruh nya ga mikir siih..”

Sejenak dipejamkan mata nya, diatur nafas nya, berdiri dengan kedua tangan menyilang di dada, direndahkan sedikit tubuh nya dengan kaki membuka selebar bahu, sambil melangkahkan kaki kanan, kedua tangan menjulur ke depan, telapak tangan membuka, kedua ibu jari dan telunjuk bertemu membentuk segitiga. “Hyaaaaattt….blaarrrr..!!!

Pohon itu hancur bertumbangan.

“Bodoh!” bentak sang ayah. “Sudah ayah bilang hanya daun yang harus rontok, ini malah pohonnya yang kau hancurkan, dasar bodoh..Sebagai hukuman , kau harus duduk di atas batu itu, introspeksi dan latih pernafasan mu, sampai azan subuh terdengar nanti. Awas, jangan bergerak sedikit pun, ayah mau ke pondok, sholat malam dan berdzikir.”

Lagi-lagi sang bocah ternganga. “mana mungkin aku akan tahan meditasi di atas batu selebar telapak tangan dengan tinggi satu meter? ayah benar-benar sudah ‘gila’, pikir nya”. Tetapi sebagai anak yang patuh dan terdidik untuk disiplin tetap dilakukannya perintah sang ayah.

“Jangan berfikir, lakukan saja tanpa fikiran.” terdengar suara sang ayah, jelas dan jernih seperti berdiri di dekatnya. padahal jarak dari pondok ke tengah hutan itu kurang lebih satu kilometer jauh nya. Benar-benar sebuah ilmu MENUMPANG ANGIN MENGIRIM SUARA yang sempurna. Mana mungkin anak itu berani membantah atau melanggar, karena dia pasti tau dengan ilmu MERAGA SUKMA, ayah nya dapat mengamati dari jarak sejauh apa pun.

Siapakah mereka?

Laki-laki setengah baya itu adalah seorang yang tampan dan gagah, walaupun sudah tampak tanda ketuaan di wajah nya, beberapa helai rambut nya mulai memutih, begitu pula jenggot dan kumis nya, sungguh berwibawa. Wajah nya tenang, hidung nya mancung, alis hitam tebal, dan…pandangan mata nya sungguh tajam, menunjukkan ketinggian ilmu dan kedalaman batinnya. Meskipun demikian, siapa saja yang memandang wajah nya akan merasakan keteduhan dan kebijaksanaan dari seorang yang sarat akan ilmu dan pengalaman.

Penduduk sekitar mengenal nya sebagai KYAI ABDURRAHMAN NURULLOH, tidak ada satu pun yang mengetahui latar belakang sang kyai. Bagi penduduk kyai ini adalah panutan, guru, pembimbing dan pengayom masyarakat. Siapa pun yang tertimpa kesusahan selalu ditolong nya tanpa pamrih, diajarinya masyarakat beribadah yang benar, bercocok tanam, bermasyarakat, bahkan beberapa pemuda ada yang dilatih bela diri.

Andai saja penduduk tahu siapa sebenar nya Kyai yang mereka hormati ini, tentu akan bertambah rasa hormat, tunduk dan patuh mereka kepada nya.

Siapakah kiranya Kyai Abdurrahman Nurulloh ini? dan siapakah nama bocah laki-laki yang tadi berlatih dan memanggilnya ayah? bagaimana bocah semuda itu sudah menguasai pukulan GUGUR BUNGA, walau pun belum sempurna?

GUGUR BUNGA adalah sebuah ilmu pukulan yang pernah mengegerkan dunia persilatan tanah Jawa, tiada satu pendekar pun yang mampu bertahan atas ilmu ini. Konon ini adalah ilmu pukulan warisan seorang pertapa yang telah mengasingkan diri dan menyepi untuk menebus dosa dan kesalahannya di masa muda. Seorang pertapa sakti di jaman pemerintahan Prabu Airlangga, yang secara tidak sengaja kitab pusaka peninggalannya ditemukan oleh seorang pendekar muda, panglima perang yang gagah perkasa, dan masih keturunan Prabu Brawijaya.

silakan ikuti lanjutan kisah ini, seri II. GEGER TANAH JAWA

Tidak ada komentar: